Jumat, 23 September 2016

Ringkasan Sejarah Nabi Muhammad Saw dari Lahir Hingga Wafat

0 komentar
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Satu-satunya rasul Allah yang diutus untuk semua ras dan golongan adalah nabi Muhammad saw. Karena itu ajarannya sangat universal; tidak hanya tentang ibadah dan keakhiratan, namun juga urusan-urusan duniawi yang mencakup semua sisi kehidupan manusia, mulai dari masalah makan hingga urusan kenegaraan. Namun demikian, masih banyak orang yang buta terhadap pribadi dan kehidupan beliau. Akibatnya, mereka terhalang untuk melihat dan merasakan kebenaran yang dibawanya.

  Kelahiran Muhamad SAW
Nabi Muhammad saw lahir di Makkah pada hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awwal tahun Gajah dalam keadaan yatim.
Penamaan tahun Gajah berkaitan dengan peristiwa pasukan Gajah yang dipimpin oleh Abrahah, Gubernur Yaman yang ingin menghancurkan Ka’bah. Namun sebelum sampai ke kota Makkah, mereka diserang oleh pasukan burung yang membawa batu-batu kerikil panas (lihat QS Al-Fil: 1-5).
Kelahiran Nabi Muhammad Saw bertepatan dengan tanggal 20 April 571 Masehi
Sekitar tahun 570 M, Mekah adalah sebuah kota yang sangat penting dan terkenal di antara kota-kota di negeri Arab, baik karena tradisinya ataupun karena letaknya. Kota ini dilalui jalur perdagangan yang ramai menghubungkan Yaman di Selatan dan Syiria di Utara. Dengan adanya Ka’bah di tengah kota, Mekah menjadi pusat keagamaan Arab. Di dalamnya terdapat 360 berhala, mengelilingi berhala utama, Hubal. Mekah kelihatan makmur dan kuat. Agama dan masyarakat Arab pada masa itu mencerminkan realitas kesukuan masyarakat jazirah Arab dengan luas satu juta mil persegi.
Nabi Muhammad dilahirkan dalam keluarga bani Hasyim di Mekah pada hari senin, tanggal 9 Rabi’ul Awwal, pada permulaan tahun dari Peristiwa Gajah. Maka tahun itu dikenal dengan Tahun Gajah. Dinamakan demikian karena pada tahun itu pasukan Abrahah, gubernur kerajaan Habsyi (Ethiopia), dengan menunggang gajah menyerang Kota Mekah untuk menghancurkan Ka’bah.  Bertepatan dengan tanggal 20 atau 22 bulan April tahun 571 M. Ini berdasarkan penelitian ulama terkenal, Muhammad Sulaiman Al-manshurfury dan peneliti astronomi, Mahmud Pasha.
Nabi Muhammad adalah anggota bani Hasyim, suatu kabilah yang kurang berkuasa dalam suku Quraisy. Kabilah ini memegang jabatan siqayah. Nabi Muhammad lahir dari keluarga terhormat yang relatif miskin. Ayahnya bernama Abdullah anak Abdul Muthalib, seorang kepala suku Quraisy yang besar pengaruhnya. Ibunya adalah Aminah binti Wahab dari bani Zuhrah. Muhammad SAW. Nabi terakhir ini dilahirkan dalam keadaan yatim karena ayahnya meninggal dunia tiga bulan setelah dia menikahi Aminah.
Ramalan tentang kedatangan atau kelahiran Nabi Muhammad dapat ditemukan dalam kitab-kitab suci terdahulu. Al-Qur’an dengan tegas menyatakan bahwa kelahiran Nabi Muhammad SAW telah diramalkan oleh setiap dan semua nabi terdahulu, yang melalui mereka perjanjian telah dibuat dengan umat mereka masing-masing bahwa mereka harus menerima atas kerasulan Muhammad SAW nanti.
Seperti dalam Qs. Ali ‘Imran ayat 81
“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: “Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa Kitab dan hikmah Kemudian datang kepadamu seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya”. Allah berfirman: “Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?” mereka menjawab: “Kami mengakui”. Allah berfirman: “Kalau begitu saksikanlah (hai para Nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu.

   Masa Menyusui
Nabi Muhammad saw pertama kalinya disusui oleh ibunya Aminah dan Tsuwaibatul Aslamiyah. Namun itu hanya beberapa hari. Selanjutnya beliau disusui oleh Halimah As-Sa’diyah di perkampungan bani Sa’ad.
Nabi Muhammad saw tinggal bersama keluarga Halimah selama kurang lebih empat tahun. Di akhir masa pengasuhan keluarga Halimah ini terjadi pembedahan nabi Muhammad saw.

   Masa Kanak-kanak Rosullallah
Tidak lama setelah kelahirannya, bayi Muhammad SAW diserahkan kepada Tsuwaibah, budak perempuan pamannya, Abu Lahab, yang pernah menyusui Hamzah. Meskipun diasuh olehnya hanya beberapa hari, nabi tetep menyimpan rasa kekeluargaan yang mendalam dan selalu menghormatinya. Nabi SAW selanjutnya dipercayakan kepada Halimah, seorang wanita badui dari Suku Bani Sa’ad. Bayi tersebut diasuhnya dengan hati-hati dan penuh kasih sayang, dan tumbuh menjadi anak yang sehat dan kekar. Pada usia lima tahun, nabi dikembalikan Halimah kepada tanggungjawab ibunya.
Sejumlah hadis menceritakan bahwa kehidupan Halimah dan keluarganya banyak dianugrahi nasib baik terus-menerus ketika Muhammad SAW kecil hidup dibawah asuhannya. Halimah menyayangi baginda rasul seperti menyayangi anak sendiri, penuh kasih saying dan cinta, namun karena banyak kejadian yang luar biasa sehingga takut akan terjadi hal-hal yang tidak baik sehingga dikembalikanlah Rasul SAW Kepada keluarga beliau.
Muhammad SAW kira-kira berusia enam tahun, dimana tatkala asik bermain-main dengan teman-teman beliau, teman-teman beliau gembira saat ayah-ayah mereka pulang, namun Rasulullah pulang dengan tangisan menemui ibunda beliau, seraya berkata wahai ibunda mana ayah? ibunda beliau terharu tampa jawaban yang pasti, sehingga dalam ketidakmampuan atas jawaban tersebut, hingga suatu ketika ibunda beliau mengajak baginda Nabi SAW pergi kekota tempat ayah beliau dimakamkan.
Sekembalinya dari pencarian Makan suami tercinta ibu Rasul tercinta jatuh sakit dan meninggal dalam perjalanan pulang, dengan duka cita yang mendalam dan pulang bersama seorang pembantu nabi.
Sekembalinya pulang sebagai anak yatim piatu maka beliau diasuh oleh kakeknya, Abdul muthalib. Namun dua tahun kemudian, kakeknyapun yang berumur 82 tahun, juga meninggal dunia. Maka pada usia delapan tahun itu, nabi ada di bawah tanggung jawab pamannya abi thalib.
PadaUsia 8 tahun, seperti kebanyakan anak muda seumurannya, nabi memelihara kambing di mekkah dan mengembalakan di bukit dan lembah sekitarnya. Pekerjaan pengembala sekawanan domba ini cocok bagi perangai orang yang bijaksana dan perenung seperti Muhammad SAW muda, ketika beliau memperhatikan segerombolan domba, perhatiannya akan tergerak oleh tanda-tanda kekuatan gaib yang tersebar di sekelilingnya. 

   Masa Remaja
Diriwayatkan bahwa ketika berusia dua belas tahun, Muhammad SAW menyertai pamannya, Abu Thalib, dalam berdagang menuju Suriah, tempat kemudian beliau berjumpa dengan seorang pendeta, yang dalam berbagai riwayat disebutkan bernama Bahira. Meskipun beliau merupakan satu-satunya nabi dalam sejarah yang kisah hidupnya dikenal luas, masa-masa awal kehidupan Muhammad SAW tidak banyak diketahui.
Muhammad SAW, besar bersama kehidupan suku Quraisy Mekah, dan hari-hari yang dilaluinya penuh dengan pengalaman yang sangat berharga. Dengan kelembutan, kehalusan budi dan kejujuran beliau maka orang Quraisy Mekkah memberi gelar kepada beliau dengan Al-Amin yang artinya orang yang dapat dipercaya.
Pada usia 30 tahunan, Muhammad SAW sebagai tanda kecerdasan dan bijaksanya beliau, Nabi SAW mampu mendamaikan perselisihan kecil yang muncul di tengah-tengah suku Quraisy yang sedang melakukan renovasi Ka’bah.
Mereka mempersoalkan siapa yang paling berhak menempatkan posisi Hajar Aswad di Ka’bah.
Beliau membagi tugas kepada mereka dengan teknik dan strategi yang sangat adil dan melegakan hati mereka

   Pernikahan Nabi Muhammad Saw
Pada masa mudanya, beliau telah menjadi pengusaha sukses dan hidup berkecukupan dari hasil usahanya  . Pada usia yang ke-25 tahun, Muhammad saw menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, seorang janda kaya berusia 40 tahun. Pernikahan ini diawali dengan lamaran Khadijah kepada Muhammad saw setelah melihat dan mendengar kelebihan-kelebihan dan akhlaknya.
   Isteri-isteri Rasulullah Muhammad Saw
Adapun Isteri-isteri Muhammad SAW berjumlah 11 Orang, Yaitu :
  1. Khadijah binti Khuwailid
  2. Saudah binti Jam’ah
  3. Aisyah Binti Abu Bakar ra
  4. Hafshah binti Umar ra
  5. Hindun Ummu Salamah binti Abu Umayyah
  6. Ramlah Ummu Habibah binti Abu Sofyan
  7. Zainab binti jahsyin
  8. Zainab binti Khuzaimah
  9. Maimunah binti Al-Harts Al-Haliyah
  10. Juwairiyah binti Al-Haarits
  11. Sofiyah binti Huyay
Nabi Muhammad menikahi mereka semua setelah Khadijah meninggal dunia. Dan mereka semua beliau nikahi dalam keadaan janda, kecuali Aisyah ra.
Jika dilihat dari faktor tiap pernikahan beliau, semuanya mempunyai hubungan yang kuat dengan dakwah dan ajaran Islam yang dibawanya.
Dari 11 isteri Nabi SAW ini yang wafat saat Nabi SAW masih hidup adalah 2 orang yaitu Khadijah dan Zainab binti Khuzaimah, sedangkan isteri Nabi yang 9 orang masih hidup saat Nabi SAW Wafat. Istri Nabi SAW yang tersebut disebut dengan Ummul Mu’minin artinya ibu orang-orang beriman. Mereka banyak menolong penyebaran agama islam di kalangan kaum ibu.
Nabi Muhammad SAW mempunyai 7 orang anak, 3 laki-laki dan 4 perempuan yaitu :
  1. Qasim
  2. Abdullah
  3. Zainab
  4. Fatimah
  5. Ummu Kalsum
  6. Rukayyah
  7. Ibrahim
Ibu anak-anak Nabi SAW itu semuanya dari isteri nabi Khadijah, kecuali Ibrahim, yang ibu mariyatul qibtiyyah ( seorang hamba perempuan yang dihadiahkan oleh seorang pembesar mesir kepada Nabi SAW, anak-anak Nabi SAW tersebut Wafat pada saat Nabi SAW masih hidup, kecuali Fatimah yang wafat beberapa bulan setelah Nabi SAW wafat.
Diriwayatkan tatkala Nabi SAW akan wafat beliau membisikkan kepada Fatimah ra, bahwa beliau akan berpulang ke hadirat Allah, dan mendengar itu Fatimah menangis dengan sedih, dan beberapa saat setelah itu Nabi SAW membisikan lagi sesuatu kepada Fatimah ra, mendengar bisikan yang kedua ini Fatimah ra tersenyum, ternyata bisikan bahwa dikabarkan bahwa setelah Nabi SAW wafat tidak ada orang yang pertama meninggal kecuali Fatimah ra, sungguh mulia Fatimah tersenyum walau mendengar kabar yang tentang wafat nya diri beliau, tapi semua tertutup karena cinta yang mendalam kepada sang ayah tercinta.

  Kerasulan Muhammad SAW 

   Awal Kerasulan
 Menjelang usianya yang keempat puluh, Muhammad SAW terbiasa memisahkan diri dari pergaulan masyarakat umum, untuk berkontemplasi di Gua Hira, beberapa kilometer di Utara Mekah..
Di  gua tersebut, nabi mula-mula hanya berjam-jam saja, kemudian berhari-hari bertafakur.
Pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611 M, Muhammad SAW mendapatkan wahyu pertama dari Allah melalui Malaikat Jibril.
Pada saat beliau tidur dan terbangun dengan tiba-tiba pada malam itu di gua bernama Hira, dalam ketakutan yang luar biasa, seluruh tubuhnya, seluruh diri bathinnya, dicengkeram oleh sebuah kekuatan yang sangat besar, seolah-olah seorang malaikat telah mencengkeram beliau dalam pelukan yang menakutkan yang seakan mencabut kehidupan dan napas darinya. Ketika beliau berbaring di sana, remuk redam, beliau mendengar perintah, “Bacalah!” beliau tidak dapat melakukan ini beliau bukan penyair terdidik, bukan peramal, bukan penyair dengan seribu kalimat yang tersusun dengan baik yang siap dibibir beliau. Ketika itu beliau protes bahwa beliau adalah buta huruf, malaikat itu merangkulnya lagi dengan kekuatan yang begitu rupa, hingga turunlah ayat yang pertama yaitu ayat 1 sampai 5 dalam surat Al-‘Alaq :
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,
  1. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
  2. Bacalah, dan Tuhanmulah yang maha pemurah,
  3. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam,
  4. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Dia merasa ketakutan karena belum pernah mendengar dan mengalaminya. Dengan turunnya wahyu yang pertama itu, berarti Muhammad SAW telah dipilih Allah sebagai nabi. Dalam wahyu pertama ini, dia belum diperintahkan untuk menyeru manusia kepada suatu agama.
Peristiwa turunnya wahyu itu menandakan telah diangkatnya Muhammad SAW sebagai seorang nabi penerima wahyu di tanah Arab. Malam terjadinya peristiwa itu kemudian dikenal sebagai “Malam Penuh Keagungan” (Laylah al-qadar), dan menurut sebagian riwayat terjadi menjelang akhir bulan Ramadhan. Setelah wahyu pertama turun, yang menandai masa awal kenabian, berlangsung masa kekosongan, atau masa jeda (fatrah).
Ketika hati Muhammad SAW diliputi kegelisahan yang sangat dan merasakan beban emosi yang menghimpit, dia pulang ke rumah dengan perasaan waswas, dan meminta istrinya untuk menyelimutinya. Saat itulah turun wahyu yang kedua yang berbunyi :
  “Wahai kau yang berselimut! Bangkit dan berilah peringatan!!
Dan seterusnya, yaitu surat al-Muddatstsir: 1-7. Wahyu yang telah, dan kemudian turun sepanjang hidup Muhammad SAW, muncul dalam bentuk suara-suara yang berbeda-beda. Tapi pada periode akhir kenabiannya, wahyu surah-surah Madaniyah turun dalam satu suara.

   Pengetahuan Kerasulan
 Setelah beberapa lama dakwah Nabi Muhammad SAW tersebut dilaksanakan secara individual, turunlah perintah agar nabi menjalankan dakwah secara terbuka. Mula-mula beliau mengundang dan menyeru kerabat karibnya dan Bani Abdul Muthalib. Beliau mengatakan di tengah-tengah mereka, “Saya tidak melihat seorang pun di kalangan Arab yang dapat membawa sesuatu ke tengah-tengah mereka lebih baik dari apa yang saya bawa kepada kalian. Kubawakan kepada kalian dunia dan akhirat yang terbaik. Tuhan memerintahkan saya mengajak kalian semua. Siapakah diantara kalian yang mau mendukung saya dalam hal ini?”. Mereka semua menolak kecuali Ali bin Abi Thalib.
Pada permulaan dakwah ini orang yang pertama-tama merima dakwah nabi yaitu dengan masuk Islam adalah, dari pihak laki-laki dewasa adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, dari pihak perempuan adalah isteri nabi SAW yaitu Khadijah, dan dari pihak anak-anak adalah Ali bin Abi Thalib ra.
Dalam memulai dakwah nabi banyak mendapat halangan dari pihak kafir quraisy mekah dan berbagai bujuk rayu yang dilakukan kaum Quraisy untuk menghentikan dakwah Nabi gagal, tindakan-tindakan kekerasan secara fisik yang sebelumnya sudah dilakukan semakin ditingkatkan. Kekejaman yang dilakukan oleh penduduk Mekah terhadap kaum muslimin itu, mendorong Nabi Muhammad SAW untuk mengungsikan sahabat-sahabatnya ke luar Mekah. Pada tahun kelima kerasulannya, nabi menetapkan Habsyah (Ethiopia) sebagi negeri tempat pengungsian.

Usaha orang-orang Quraisy  untuk menghalangi hijrah ke Habsyah ini, termasuk membujuk  Negus (Raja) agar menolak kehadiran umat Islam di sana, gagal. Bahkan, di tengah meningkatnya kekejaman itu, dua orang Quraisy masuk Islam, Hamzah dan Umar ibn Khathab. Dengan masuk Islamnya dua tokoh besar ini posisi Islam semakin kuat. Tatkala banyaknya tekanan dari berbagai pihak Nabi SAW mengalami kesedihan yang mendalam yaitu wafat nya seorang paman yaitu Abu Thalib sebagai pelindung dan isteri tercinta yang setia menemani hari-hari beliau yaitu Khadijah binti Khuwailid, sehingga Allah menghibur hati baginda Rasul SAW dengan terjadinya Isra’ dan Mi’rajnya Nabi Muhammad SAW. diriwayatkan pada suatu malam ketika Nabi SAW ada di Masjidil Haram di Mekkah, datanglah Jibril as. Dan beserta malaikat yang lain, lalu dibawanya dengan mengendarai Buroq ke Masjidil Aqsa di negeri Syam, kemudian Nabi SAW dinaikkan ke langit untuk diperlihatkan kepada Nabi SAW tanda-tanda kebesaran dan kekayaan Allah SWT, pada malam itu juga Nabi SAW kembali kenegeri Mekkah. Perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqso dinamakan Isra, dan dinaikkannya Nabi SAW dari Masjidil Aqso ke langit disebut Mi’raj. Pada malam inilah mulai di wajibkan Shalat Fardlu 5 kali dalam sehari.
Tatkala banyaknya tekanan dari berbagai pihak Nabi SAW mengalami kesedihan yang
Setelah peristiwa Isra’ dan Mi’raj, suatu perkembangan besar bagi kemajuan dakwah Islam muncul. Perkembangan itu diantaranya datang dari sejumlah penduduk Yatsrib yang berhaji ke Mekah.
Mereka, yang terdiri dari suku ‘Aus dan Khazraj, masuk Islam dalam tiga gelombang.
Pertama, pada tahun kesepuluh kenabian, beberapa orang Khazraj menemui Muhammad SAW untuk masuk Islam, dan mengharapkan agar ajaran Islam dapat mendamaikan permusauhan suku ‘Aus dan Khazraj. Kedua, pada tahun keduabelas kenabian, delegasi Yatsrib terdiri dari sepuluh orang Khazraj dan dua orang ‘Aus  serta seorang wanita menemui Muhammad SAW di tempat bernama Aqabah
Mereka menyatakan ikrar kesetiaan. Ikrar ini dinamakan dengan perjanjian “Aqabah Pertama”. Ketiga, pada musim haji berikutnya, jama’ah haji yang datang dari Yatsrib berjumlah 73 orang. Atas nama penduduk Yatsrib, mereka meminta Muhammad SAW dan Muslimin Makkah agar berkenan pindah ke Yatsrib. Mereka berjanji akan membelanya dari segala ancaman. Perjanjian ini dinamakan dengan perjanjian “Aqabah Kedua”.
Dalam perjalanan ke Yatsrib nabi ditemani oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq. Ketika di Quba, sebuah desa yang jaraknya sekitar lima kilometer dari Yatsrib, nabi istirahat beberapa hari lamanya. Dia menginap di rumah Kalsum bin Hindun. Di halaman rumah ini nabi membangun sebuah mesjid. Inilah mesjid pertama yang dibangun nabi, sebagai pusat peribadatan. Tak lama kemudian, Ali bin Abi Thalib menyusul nabi, setelah menyelesaikan segala urusan di Mekah
Sementara itu, penduduk Yatsrib menunggu-nunggu kedatanganya. Waktu yang mereka tunggu-tunggu itu tiba, mereka menyambut nabi dan kedua sahabatnya dengan penuh kegembiraan. Sejak itu, sebagai penghormatan terhadap nabi, nama kota Yatsrib diubah menjadi Madinatun Nabi (Kota Nabi) atau sering disebut Madinatul Munawwarah (Kota yang bercahaya), karena dari sanalah sinar Islam memancar keseluruh dunia
Kejadian itu disebut dengan  “hijrah” bukan sepenuhnya sebuah “pelarian”, tetapi merupakan rencana perpindahan yang telah dipertimbangkan secara seksama selama sekitar dua tahun sebelumnya. Tujuh belas tahun kemudian, Khalifah Umar bin Khattab menetapkan saat terjadinya peristiwa hijrah sebagai awal tahun Islam, atau tahun qamariyah 

  Akhir Masa Kerosulan

   Pembentukan Negara Madinah
Setelah tiba dan diterima penduduk Yatsrib (Madinah), Nabi Muhammad SAW resmi sebagai pemimpin penduduk kota itu. Babak baru dalam sejarah Islam pun dimulai. Berbeda dengan periode Mekah, pada periode Madinah, Islam merupakan kekuatan politik. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad SAW mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala negara. Dengan kata lain, dalam diri nabi terkumpul dua kekuasaan, kekuasaam spiritual dan kekuasaan duniawi. Kedudukannya sebagai rasul secara otomatis merupakan kepala Negara.
Dengan terbentuknya Negara Madinah, Islam makin bertambah kuat. Perkembangan Islam yang pesat itu membuat orang-orang Mekah dan musuh-musuh Islam lainnya menjadi risau. Kerisauan ini akan mendorong orang-orang Quraisy berbuat apa saja. Untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan gangguan dari musuh, nabi, sebagi kepala pemerintahan, mengatur siasat dan membentuk pasukan tentara. Umat Islam diijinkan berperang dangan dua alasan: (1) untuk mempertahankan diri dan melindungi hak miliknya, dan (2) menjaga keselamatan dalam penyebaran kepercayaan dan mempertahankannya dari orang-orang yang menghalang-halanginya.
Dalam sejarah Madinah ini memang banyak terjadi peperangan sebagai upaya kaum muslimin mempertahankan diri dari serangan musuh. Nabi sendiri, di awal pemerintahannya, mengadakan beberapa ekspedisi ke luar kota sebagai aksi siaga melatih kemampuan calon pasukan yang memang mutlak diperlukan untuk melindungi dan mempertahankan negara yang baru dibentuk. Perjanjian damai dengan berbagai kabilah di sekitar Madinah juga diadakan dengan maksud memperkuat kedudukan Madinah.
Pada tahun 9 dan 10 Hijriyah (630-632 M) banyak suku dari pelosok Arab mengutus delegasinya kepada Nabi Muhammad SAW menyatakan ketundukan mereka. Masuknya orang Mekah ke dalam agama Islam rupanya mempunyai pengaruh yang amat besar pada penduduk padang pasir yang liar itu. Tahun itu disebut dengan tahun perutusan. Persatuan bangsa Arab telah terwujud; peperangan antara suku yang berlangsung sebelumnya telah berubah menjadi persaudaraan seagama.
Setelah itu, Nabi Muhammad SAW segera kembali ke Madinah. Beliau mengatur organisasi masyarakat kabilah yang telah memeluk agama Islam. Petugas keagamaan dan para dai’ dikirim ke berbagai daerah dan kabilah untuk mengajarkan ajaran-ajaran Islam, mengatur peradilan, dan memungut zakat. Dua bulan setelah itu, Nabi menderita sakit demam. Tenaganya dengan cepat berkurang. Pada hari senin tanggal 12 Rabi’ul Awal 11 H/ 8 Juni 632 M., Nabi Muhammad SAW wafat di rumah istrinya Aisyah.

  Nama dan Gelar Nabi Muhammad Saw
Di dalam HR Bukhari dan Muslim disebutkan nama dan gelar Nabi Muhammad SAW, antara lain :
– Ahmad
– Al-Mahi
– Al-Hasyir
– Al-‘Aqib
– Muqaffi
– Nabiyyuttaubah
– Nabiyyurrahmah.
 
  Pengertian nama-nama nabi Muhammad Saw :
  • Ahmad : yang paling terpuji karena akhlak karimahnya, dan paling banyak memuji Allah.
  • Al-Mahi ( pengikis/penghapus) : karena Allah mengikis kekufuran dengan mengutusnya,
  • Al-Hasyir (penghimpun) : sebab nanti di hari kiamat seluruh manusia berhimpun di hadapan beliau, ada yang mengatakan di bawah perintah beliau.
  • Al-‘Aqib (penutup) : karena beliaulah nabi dan rasul penutup.
  • Muqaffi (yang mengikuti) : maksudnya mengikuti dan melanjutkan jejak risalah para nabi.
  • Nabiyyuttaubah (nabi taubat) : meski beliau sudah ma’shum dalam artian bersih dari dosa, namun beliau banyak bertaubat. Dalam satu riwayat beliau bertaubat hingga 70 kali sehari, dan dalam riwayat lain hingga 100 kali.
  • Nabiyyurrahmah (nabi ramhat) : beliau adalah seorang nabi yang penuh kasih hatta dalam peperangan pun, diutusnya beliau ke bumi ini adalah sebagai rahmat bagi semesta alam.
Nama-nama tersebut berdasarkan penuturan beliau sendiri. Dan kita tahu bahwa setiap sabda beliau adalah berdasarkan wahyu. Jadi bisa disimpulkan bahwa yang memberi nama/gelar tersebut adalah Allah Swt.
 
  Nasab Nabi Muhammad Saw
Di dalam buku Shahih Bukhari bab Mab’ats an-Nabiyyi saw, Imam Bukhari merincikan silsilah nasab Nabi Muhammad saw sebagai berikut: Muhammad saw bin Abdullah bin Abdul Muththalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qusyai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luai bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’add bin Adnan.
Imam Bukhari menambahkan di dalam Kitab Tarikh al-Kabir: Adnan bin Udud bin Al-Maqum bin Nahur bin Tarh bin Ya’rab bin Nabit bin Ismail bin Ibrahim. Menurut para pakar – sebagaimana yang disebutkan oleh sejarawan Syekh Abdurrahman bin Yahya Al-Yamany –antara Adnan dan Ismail ada sekitar 40 kakek.

  Muhammad Saw di Mata Penduduk Makkah
Sejak kecil Muhammad Saw jauh dari tradisi-tradisi jahiliyah dan tidak pernah melakukan penyembahan terhadap tuhan berhala. Namun demikian beliau tetaplah seorang yang santun dan jujur, karenanya beliau terkenal dengan gelar Al-Amien (orang yang terpercaya).

  Muhammad Saw Menjadi Rasul Allah
Turunnya wahyu pertama QS. Al-A’la: 1-5 di gua Hira pada hari Senin di bulan Ramadan pada usia yang ke 40 menjadi awal kerasulan Muhammad saw. Wahyu pertama tersebut berisi: “1) Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan, 2) Yang menciptakan manusia dari segumpal darah, 3) Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia, 4) Yang mengajari (manusia) dengan pena, 5) Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Setelah menerima wahyu tersebut, Muhammad saw pulang menemui Khadijah dan mengungkapkan kekhawatirannya terhadap dirinya. Khadijah menenangkan: “Bergembiralah! Demi Allah, Dia tidak akan pernah menyia-nyiakanmu. Demi Allah, engkau ini menghubungkan shilaturrahim (hubungan kerabat), berkata jujur, menanggung beban orang lemah, membantu orang yang tidak punya, memuliakan tamu, menolong orang-orang yang ditimpa bencana.”
Khadijah lalu mempertemukannya dengan anak pamannya Waraqah bin Naufal, seorang pendeta Nasrani. Setelah menjelaskan peristiwa yang baru dialaminya di gua Hira, Waraqah menjelaskan bahwa yang datang kepada Muhammad saw itu adalah malaikat yang pernah datang kepada nabi Musa As.
“Andai kata aku masih hidup dan kuat di saat engkau diusir oleh kaummu” kata Waraqah.
“Apakah mereka akan mengusirku?” Tanya Muhammad Saw. “Ya…,” jawabnya. (lihat HR Bukhari dan Muslim).

  Nabi Muhammad Saw Hijrah ke Madinah 
Nabi Saw hijrah ke Madinah pada tahun ke 13 kenabian yang bertepatan dengan tahun 622 M. Di dalam riwayat Ibnu Ishak dijelaskan bahwa beliau keluar dari rumahnya yang saat itu sedang dikepung oleh pasukan bersenjata kaum musyrik Makkah yang ingin membunuhnya. Lalu Allah Swt menidurkan mereka. Sambil membaca QS. Yasin: 1-9 beliau manaruh pasir di kepala mereka semua, kemudian pergi ke rumah Abu Bakar untuk hijrah bersama ke kota Madinah. Nabi Muhammad saw tiba di Madinah pada hari Senin tanggal 12 Rabiul Awwal tahun 1 Hijriyah.

  Peperangan Nabi Muhammad Saw
Yang mendasari peperangan nabi Muhammad Saw adalah ayat-ayat berikut :
– “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi karena sesungguhnya mereka dizhalimi.” (Al-Hajj: 39).
– “Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi jangan melampaui batas, sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas” (QS. Al-Baqarah: 190).
Dalam hal ini ada aturan-aturan perang, antara lain: Jangan membunuh anak-anak, orang tua, orang yang menyerah, pendeta dan petugas rumah ibadah yang tidak menyerang, hewan tanpa tujuan maslahat, jangan membunuh dengan cara yang sadis dan berlebihan (Tafsir Ibnu Katsir).
Dari sini jelas bahwa peperangan nabi Muhammad saw adalah sebagai upaya pembelaan terhadap hak, bukan wasilah untuk islamisasi apalagi balas dendam. Adapun jumlah peperangan yang diikutinya ada sebanyak 27 kali.

  Akhlak Nabi Muhammad Saw 
Allah SWT menggambarkan akhlak nabi Muhammad secara umum di dalam QS. Al-Qalam ayat 4: “Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur”
a. Kesabaran Nabi Muhammad Saw
Tidak sedikit beban yang ditanggung oleh nabi Muhammad saw dalam menyebarkan dakwah ajaran yang dibawanya. Ejekan, makian, perlakuan kasar dan ancaman pembunuhan diterimanya dari orang-orang musyrik Makkah. Namun itu semuanya tak membuat kesabarannya luntur.
Dalam riwayat Imam Bukhari dan Muslim diceritakan bahwa Uqbah bin Abu Mu’ith pernah mencampakkan kotoran onta kepada Rasulullah Muhammad saw sementara beliau dalam keadaan sujud. Beliau terus sujud hingga putrinya Fathimah datang membuangnya.
Perlakuan kasar kaum Quraisy semakin bertambah setelah pamannya Abu Thalib dan isterinya Khadijah meninggal dunia pada tahun 10 kerasulan. Karenanya beliau hijrah ke wilayah Thaif. Namun ternyata disini juga beliau tidak diterima, malah penduduk setempat menyuruh anak-anaknya untuk melemparinya dengan batu.
  1. Kasih Sayang Nabi Muhammad Saw
Kasarnya tindakan pengusiran penduduk Thaif terhadap nabi Muhammad saw tidak membuat beliau serta merta mendoakan mereka dengan azab. Tapi justru sebaliknya: “Bahkan saya berharap agar Allah menjadikan dari keturunan mereka orang-orang yang menyembah Allah dan tidak berbuat syirik kepada-Nya sedikit pun,” kata beliau saat malaikat penjaga gunung menawarkan kepadanya untuk menimpakan gunung Abu Qubaisy dan gunung yang di sebelahnya kepada penduduk Thaif. (Shahih Bukhari).
Dan bagaimana pun juga kasarnya perlakuan dan azab dari kaum musyrik penduduk Makkah kepadanya dan ummat pengikutnya, tapi itu tak membuatnya dendam kepada mereka di saat pembebasan Makkah pada tahun 8 H. Malah beliau saw memberikan amnesti besar-besaran kepada penduduk Makkah.

 Keistimewaan yang Allah Berikan Kepadanya

a. Lima kelebihan yang tidak diberikan kepada orang sebelumnya
Dari Jabir bin Abdullah ra, nabi Muhammad saw bersabda: “Saya diberikan lima hal yang tidak diberikan kepada seorang pun sebelum saya;
  • diberi kemenangan dengan rasa takut (yang ditimpakan kepada musuh-musuhku) dalam jarak satu bulan perjalanan,
  • bumi dijadikan tempat shalat dan suci untukku, maka siapa pun di antara ummatku yang mendapatkan waktu shalat hendaklah dia melakukannya,
  • dihalalkan untukku harta ghanimah dan itu tidak dihalalkan kepada orang sebelum saya
  • diberi syafa’at
  • dahulu nabi diutus hanya kepada kaumnya, tetapi saya diutus kepada seluruh manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim)
  1. Keistimewaannya di hari kiamat 
Dari Anas ra., nabi Muhammad saw bersabda: “Saya adalah orang pertama yang diberikan syafaat pada hari kiamat nanti, nabi yang paling banyak pengikutnya di hari kiamat, dan orang pertama yang mengetuk pintu surga” (HR. Muslim).
Keistimewaan lainnya disebutkan di dalam riwayat Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda: “Saya adalah pemimpin anak-anak Adam pada hari kiamat nanti, saya orang pertama yang dibangkitkan dari kubur, dan saya orang pertama yang diberi syafaat (oleh Allah) dan orang pertama yang memberi syafaat (kepada ummat manusia).” (HR. Muslim).
 Ibadah Beliau
Aisyah ra. Berkata: Rasulullah saw pernah shalat hingga dua kakinya membengkak. Lalu beliau ditegur, beliau menjawab: “Apakah aku tidak pantas menjadi hamba yang bersyukur?”
 Nabi Muhammad Saw Wafat 
Beliau saw wafat pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun 11 Hijriyah di waktu Dhuha dengan usia 63 tahun.

Dikutip dari :  https://sitiastrisolihah.wordpress.com/

Fatimah Az-Zahra

0 komentar
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ




Pada suatu hari di Madinah, ketika Nabi Muhammad berada di masjid sedang dikelilingi para sahabat, tiba-tiba anaknya tercinta Fatima, yang telah menikah dengan Ali--prajurit utma Islam yang terkenal--datang pada Nabi. Dia meminta dengan sangat kepada aya hnya untuk dapat meminjam seorang pelayan yang dapat membantunya dalam melaksanakan tugas pekerjaan rumah. Dengan tubuhnya yang ceking dan kesehatannya yang buruk, dia tidak dapat melaksanakan tugas menggiling jagung dan mengambil air dari sumur yang jau h letaknya, di samping juga harus merawat anak-anaknya. Nabi tampak terharu mendengar permohonan si anak, tapi sementara itu juga Beliau menjadi agak gugup. Tetapi dengan menekan perasaan, Beliau berkata kepada sang anak dengan sinis, "Anakku tersayang, aku tak dapat meluangkan seorang pun di antara mereka ya ng terlibat dalam pengabdian 'Ashab-e Suffa. Sudah semestinya kau dapat menanggung segala hal yang berat di dunia ini, agar kau mendapat pahalanya di akhirat nanti." Anak itu mengundurkan diri dengan rasa yang amat puas karena jawaban Nabi, dan selanjutnya tidak pernah lagi mencari pelay an selama hidupnya.
Fatima Az-Zahra si cantik dilahirkan delapan tahun sebelum Hijrah di Mekkah dari Khadijah, istri Nabi yang pertama. Fatima ialah anak yang keempat, sedang yang lainnya: Zainab, Ruqaya, dan Ummi Kalsum.
Fatima dibesarkan di bawah asuhan ayahnya, guru dan dermawan yang terbesar bagi umat manusia. Tidak seperti anak-anak lainnya, Fatima mempunyai pembawaan yang tenang dan perangai yang agak melankolis. Badannya yang lemah, dan kesahatannya yang buruk men yebabkan ia terpisah dari kumpulan dan permainan anak-anak. Ajaran, bimbingan, dan aspirasi ayahnya yag agung itu membawanya menjadi wanita berbudi tinggi, ramah-tamah, simpatik, dan tahu mana yang benar.
Fatima, yang sangat mirip dengan ayahnya, baik roman muka maupun dalam hal kebiasaan yang saleh, adalah seorang anak perempuan yang paling diayang ayahnya dan sangat berbakti terhadap Nabi setelah ibunya meninggal dunia. Dengan demikian, dialan yang sang at besar jasanya mengisi kekosongan yang ditinggalkan ibunya.
Pada beberapa kesempatan Nabi Muhammad SAW menunjukkan rasa sayang yang amat besar kepada Fatima. Suatu saat Beliau berkata, "O... Fatima, Allah tidak suka orang yang membuat kau tidak senang, dan Allah akan senang orang yang kau senangi."
Juga Nabi dikabarkan telah berucap: "Fatima itu anak saya, siapa yang membuatnya sedih, berarti membuat aku juga menjadi sedih, dan siapa yang menyenangkannya, berarti menyenangkan aku juga."
Aisyah, istri Nabi tercinta pernah berkata, "Saya tidak pernah berjumpa dengan sosok probadi yang lebih besar daripada Fatima, kecuali kepribadian ayahnya."
Atas suatu pertanyaan, Aisyah menjawab, "Fatima-lah yang paling disayang oleh Nabi."
Abu Bakar dan Umar keduanya berusaha agar dapat menikah denga Fatima, tapi Nabi diam saja. Ali yang telah dibesarkan oleh Nabi sendiri, seorang laki-laki yang padanya tergabung berbagai kebajikan yang langka, bersifat kesatria dan penuh keberanian, kesal ehan, dan kecerdasan, merasa ragu-ragu mencari jalan untuk dapat meminang Fatima. Karena dirinya begitu miskin. Tetapi akhirnya ia memberanikan diri meminang Fatima, dan langsung diterima oleh Nabi. Ali menjual kwiras (pelindung dada dari kulit) milikn ya yang bagus. Kwiras ini dimenangkannya pada waktu Perang Badar. Ia menerima 400 dirham sebagai hasil penjualan, dan dengan uang itu ia mempersiapkan upacara pernikahannya. Upacara yang amat sederhana. Agaknya, maksud utama yang mendasari perayaan it u dengan kesederhanaa, ialah untuk mencontohkan kepada para Musllim dan Musllimah perlunya merayakan pernikahan tapa jor-joran dan serba pamer.
fatima hampir berumur delapan belas tahun ketika menikah dengan Ali. Sebagai mahar dari ayahnya yang terkenal itu, ia memperoleh sebuah tempat air dari kulit, sebuah kendi dari tanah, sehelai tikar, dan sebuah batu gilingan jagung.
Kepada putrinya Nabi berkata, "Anakku, aku telah menikahkanmu dengan laki laki yang kepercayaannya lebih kuat dan lebih tinggi daripada yang lainnya, dan seorang yang menonjol dalam hal moral dan kebijaksanaan."
Kehidupan perkawinan Fatima berjalan lanjcar dalam bentuknya yang sangat sederhana, gigih, dan tidak mengenal lelah. Ali bekerja keras tiap hari untuk mendapatkan nafkah, sedangkan istrinya bersikap rajin, hemat, dan berbakti. Fatima di rumah melaksanak an tugas-tugas rumah tangga; seperti menggiling jagung dan mengambil air dari sumur. Pasangan suami-istri ini terkenal saleh dan dermawan. Mereka tidak pernah membiarkan pengemis melangkah pintunya tanpa memberikan apa saja yang mereka punyai, meskipun m ereka sendiri masih lapar.
Sifat penuh perikemanusiaan dan murah hati yang terlekat pada keluarga Nabi tidak banyak tandingannya. Di dalam catatan sejarah manusia, Fatima Zahra terkenal karena kemurahan hatinya.
Pada suatu waktu, seorang dari suku bani Salim yang terkenal kampiun dalam praktek sihir datang kepada Nabi, melontarkan kata-kata makian. Tetapi Nabi menjawab dengan lemah-lembut. Ahli sihir itu begitu heran menghadapi sikap luar biasa ini, hingga ia m emeluk agama Islam. Nabi lalu bertanya: "Apakah Anda berbekal makanan?" Jawab orang itu: "Tidak." Maka, Nabi menanyai Muslimin yang hadir di situ: "Adakah orang yang mau menghadiahkan seekor unta tamu kita ini?" Mu'ad ibn Ibada menghadiahkan seekor unta. Nabi sangat berkenan hati dan melanjutkan: "Barangkali ada orang yang bisa memberikan selembar kain u ntuk penutup kepala saudara seagama Islam?" Kepala orang itu tidak memaki tutup sama sekali. Sayyidina Ali langsung melepas serbannya dan menaruh di a tas kepala orang itu. Kemudian Nabi minta kepada Salman untuk membawa orang itu ke tempat seseorang saudara seagama Islam yang dapat memberinya makan, karena dia lapar.
Salman membawa orang yang baru masuk Islam itu mengunjungi beberapa rumah, tetapi tidak seorang pun yang dapat memberinya makan, kearna waktu itu bukan waktu orang makan.
Akhirnya Salman pergi ke rumah Fatima, dan setelah mengetuk pintu, Salman memberi tahu maksud kunjungannya. Dengan air mata berlinang, putri Nabi ini mengatakan bahwa di rumahnya tidak ada makanan sejak sudah tiga hari yang lalu. Namun putri Nabi itu en ggan menolak seorang tamu, dan tuturnya: "Saya tidak dapat menolak seorang tamu yang lapar tanpa memberinya makan sampai kenyang."
Fatima lalu melepas kain kerudungnya, lalu memberikannya kepada Slaman, dengan permintaan agar Salman membawanya barang itu ke Shamoon, seorang Yahudi, untuk ditukar dengan jagung. Salman dan orang yang baru saja memeluk agama Islam itu sangat terharu. Dan orang Yahudi itu pun sangat terkesan atas kemurahan hati putri Nabi, dan ia juga memeluk agama Islam dengan menyatakan bahwa Taurat telah memberitahukan kepada golongannya tentang berita akan lahirnya sebuah keluarga yang amat berbudi luhur.
Salman balik ke rumah Fatima dengan membawa jagung. Dan dengan tangannya sendiri, Fatima menggiling jagung itu, dan membakarnya menjadi roti. Salman menyarankan agar Fatima menyisihkan beberapa buath roti intuk anak-anaknya yang kelaparan, tapi dijawab bahwa dirinya tidak berhak untuk berbuat demikian, karena ia telah memberikan kain kerudungnya uitu untuk kepentinga Allah.
Fatima dianugerahi lima orang anak, tiga putra: Hasan, Husein, dan Muhsin, dan dua putri: Zainab dan Umi Kalsum. Hasan lahir pada tahun kegia dan Husein pada tahun keempat Hijrah. Muhsin meninggal dunia waktu masih kecil.
Fatima merawat luka Nabi sepulangnya dari Perang Uhud. Fatima juga ikut bersama Nabi ketika merebut Mekkah, begitu juga ia ikut ketika Nabi melaksanakan ibadah Haji Waqad, apda akhir tahun 11 Hijrah.
Dalam perjalanan haji terakhir ini Nabi jatuh sakit. Fatima tetap mendampingi beliau di sisi tempat tidur. Ketika itu Nabi membisikkan sesuatu ke kuping Fatima yang membuat Fatima menangis, dan kemudian Nabi membisikkan sesuatu lagi yang membuat Fatima tersenyum. Setelah nabi wafat, Fatima menceritakan kejadian itu kepada Aisyah. Ayahnya membisikkan bertia kematianya, itulah yang menyebabkan Fatima menangis, tapi waktu Nabi mengatakan bahwa Fatima-lah orang pertama yang akan berkumpul dengannya di ala m baka, maka fatima menjadi bahagia.
Tidak lama setelah Nabi wafat, Fatima meninggal dunia, dalam tahun itu juga, eman bulan setelah nabi wafat. Waktu itu Fatima berumur 28 tahun dan dimakamkan oleh Ali di Jaat ul Baqih (Medina), diantar dengan dukacita masyarakat luas.
Fatima telah menjadi simbol segala yang suci dalam diri wanita, dan pada konsepsi manusa yang paling mulia. Nabi sendiri menyatakan bahwa Fatima akan menjadi "Ratu segenap wanita yang berada di Surga."

Sorce :  http://www.sunnah.org/history/Sahaba/Indon/fatima.html

Tuntunan Rasulullah S.A.W Untuk Kehidupan Keseharian Kita

0 komentar
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

 

 "Siapapun yang ingin hidup ini bahagia, mulia, dan bermartabat, maka pelajari dan tirulah Nabi Muhammad S.a.w dengan segenap keikhlasan"


Hendaknya kita selalu menjaga Sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam di dalam kehidupan kita, semoga Allah yang Maha Agung mengkaruniakan kita kecintaan dan kerinduan kepada Rasulullah S.a.w, dan kita menjalankan sunnahnya dengan penuh ketulusan, karena dalam keadaan cinta kepada Beliau S.a.w.


اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَاَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ

Kaum muslimin dan muslimat tanpa terkecuali tentunya sangat ingin untuk mengikuti semua tuntunan Nabinya, berikut sedikit di antara Sunnah-sunnah Nabi S.a.w yang dapat kita terapkan langsung dalam keseharian kita:

Mendahulukan yang Kanan

Dari Sayyidina Ali R.a, bahwa Rasulullah S.a.w bersabda: "Apabila seseorang di antara kalian memakai sandal, hendaknya ia mendahulukan kaki kanan, dan apabila melepas, hendaknya ia mendahulukan kaki kiri, jadi kaki kananlah yang pertama kali memakai sandal dan terakhir melepaskannya.". (Muttafaq Alaihi).

Dari Sayyidatina Aisyah R.a: "Bahwa Nabi S.a.w menyukai memulai dengan bagian yang kanan, dalam memakai sandalnya, dalam menyisir rambutnya, dalam bersucinya, dan dalam gerak-geriknya". (Shahih Bukhari).

Amru bin Abu Salamah R.a menceritakan bahwa suatu hari, sewaktu dirinya masih kecil, ia tengah berada di pangkuan Rasulullah S.a.w, dan saat itu jamuan makanan sedang dihidangkan. Ketika tangannya hendak meraih salah satu makanan dalam piring besar tersebut, Rasulullah S.a.w berkata kepada dia: ”Nak, ucapkanlah Bismillah, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah yang ada di hadapanmu.”.

Abu Hurairah R.a mengatakan bahwa Rasulullah S.a.w bersabda: "Jika kamu berpakaian atau berwudhu, hendaknya mendahulukan anggota badan sebelah kanan.". (HR Abu Daud dan Tirmidzi).

Dari Ibnu Umar R.a, bahwa Rasulullah S.a.w bersabda: "Apabila seseorang di antara kalian makan hendaknya ia makan dengan tangan kanan dan minum hendaknya ia minum dengan tangan kanan, karena sesungguhnya setan itu makan dengan tangan kirinya dan minum dengan tangan kirinya.". (Riwayat Muslim).
Rasulullah S.a.w dalam banyak perbuatannya senantiasa mendahulukan bagian anggota yang kanan, Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani menyebutkan dengan menukil ucapan Al Imam An Nawawi bahwa ucapan Beliau S.a.w: " وفي شأنه كله (dalam segala perbuatannya)", menunjukkan kalimat ‘aam makhsuus (kalimat umum yang dikhususkan), yang mana tidak semua perbuatan yang Beliau S.a.w kerjakan dimulai dari anggota yang kanan, sebagaimana banyak perbuatan yang Beliau mulai dengan anggota yang kiri, seperti ketika masuk ke dalam kamar mandi, atau ketika keluar dari masjid, dan lainnya.

Senyum dan Salam (Mengucapkan dan Menjawab)

Jangan sekali-kali meremehkan sesuatu perbuatan baik walaupun hanya sekedar senyuman. Kebaikan yang kau anggap kecil, mungkin terasa besar bagi orang yang menerima kebaikanmu itu. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam berkata pada Jabir bin Sulaim:

وَلاَ تَحْقِرَنَّ شَيْئًا مِنَ الْمَعْرُوفِ وَأَنْ تُكَلِّمَ أَخَاكَ وَأَنْتَ مُنْبَسِطٌ إِلَيْهِ وَجْهُكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنَ الْمَعْرُوفِ
Janganlah meremehkan kebaikan sedikitpun walau hanya berbicara kepada saudaramu dengan wajah yang tersenyum kepadanya. Amalan tersebut adalah bagian dari kebajikan.”. (HR.Tirmidzi dan Abu Daud 4084).

Dari Abu Dzar R.a, dia berkata, Rasulullah S.a.w bersabda, “Senyummu di hadapan saudaramu (sesama muslim) adalah (bernilai) sedekah bagimu.”. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Hibban).

Dari Abdullah bin Al Harits bin Jaz`i R.a dia berkata, “Aku tidak pernah melihat seseorang yang paling banyak senyumannya selain Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.”. (HR. Tirmidzi).

Dari Jarir bin Abdillah R.a dia berkata, “Sejak aku masuk Islam, Rasulullah S.a.w tidak pernah menolak aku untuk duduk bersama Beliau. dan tidaklah Beliau melihatku kecuali Beliau tersenyum kepadaku.”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Mengucapkan salam, hukumnya adalah sunnah, sedangkan bagi yang mendengarnya, wajib untuk menjawabnya. Ucapan Assalamu ‘Alaikum atau lengkapnya Assalamu ’Alaikum wa Rahmatullahi wa Barakatuh, yang artinya “Semoga kedamaian dilimpahkan kepadamu diiringi dengan rahmat dari Allah dan juga barakah dari Allah untukmu”, yang diucapkan sesama muslim, adalah sunnah Nabi Muhammad S.a.w. Adapun jawabannya adalah Wa ’Alaikumus salaam, atau lengkapnya Wa ’Alaikumus Salam wa Rahmatullah wa Barakatuh.

Kita sangat dianjurkannya kita untuk mengucapankan salam antara sesama muslim, sebagaimana hadist berikut yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah R.a, bahwa Rasulullah S.a.w bersabda:

Kamu tidak dapat memasuki surga kecuali bila kamu beriman. Imanmu belumlah lengkap sebelum kamu berkasih sayang satu sama lain. Maukah kuberitahukan kepadamu sesuatu yang, jika kamu kerjakan, kamu akan menanamkan dan memperkuat kasih sayang di antara kamu sekalian? Tebarkanlah ucapan salam satu sama lain, baik kepada yang kamu kenal maupun yang belum kamu kenal.”. (HR Muslim).

Abu Umammah R.a meriwayatkan, Rasulullah S.a.w bersabda, ”Orang yang lebih dekat kepada Allah S.w.t adalah yang lebih dahulu memberi salam.”. (Musnad Ahmad, Abu Daud, dan At Tirmidzi).

Hadist riwayat Abu Hurairah R.a, ia berkata: Rasulullah S.a.w. bersabda: "Seorang pengendara hendaknya mengucapkan salam kepada pejalan kaki dan pejalan kaki mengucapkan salam kepada orang yang duduk dan jamaah yang beranggota lebih sedikit mengucapkan salam kepada jama'ah yang beranggota lebih banyak". (Shahih Muslim 4019).

Hadist riwayat Abu Hurairah R.a, ia berkata: Rasulullah S.a.w bersabda: "Ada lima kewajiban bagi seorang muslim terhadap saudaranya yang muslim; menjawab salam, mendoakan orang yang bersin, memenuhi undangan, menjenguk orang sakit dan mengiring jenazah". (Shahih Muslim 4022).

Hadis riwayat Anas bin Malik R.a: Rasulullah S.a.w pernah melewati anak-anak, lalu Beliau mengucapkan salam kepada mereka. (Shahih Muslim 4031).

Makan dan Minum dalam Keadaan Duduk

Rasulullah S.a.w bersabda: “Janganlah sekali-kali salah seorang di antara kalian minum sambil berdiri. Apabila dia lupa maka hendaknya dia muntahkan.”. (HR. Muslim 2026).

“Bagaimana dengan makan (sambil berdiri)?”, Anas menjawab, “Itu lebih parah dan lebih jelek.” (HR. Muslim 2024).

Menyambung Silaturrahmi (Kepada Kerabat, Teman, Tetangga, dst)

Hadist riwayat Anas bin Malik R.a, ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah S.a.w bersabda: "Barang siapa yang merasa senang bila dimudahkan rezekinya dan dipanjangkan usianya, maka hendaklah dia menyambung hubungan kekeluargaan (silaturahmi)". (Shahih Muslim 4638).

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Tidak ada dosa yang Allah cepatkan adzabnya kepada pelakunya di dunia ini di samping adzab yang telah Dia sediakan untuknya di akhirat daripada berlaku dzalim dan memutuskan silaturrahmi". (al-Adab al-Mufrad 29).

Memenuhi Undangan, Menjenguk Orang Sakit dan Mengantarkan Jenazah

Hadis riwayat Ibnu Umar R.a, ia berkata: Rasulullah s.a.w bersabda: "Apabila seorang di antara kamu diundang untuk menghadiri pesta perkawinan, maka hendaklah ia menghadirinya". (Shahih Muslim 2574)

Hadis riwayat Abu Hurairah Radliallahu 'Anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Hak muslim atas muslim lainnya ada lima, yaitu; menjawab salam, menjenguk yang sakit, mengiringi jenazah, memenuhi undangan dan mendoakan orang yang bersin". (Shahih Bukhari 1164).

Allah S.w.t menghendaki seluruh umat Islam untuk saling membantu dan mengasihi, masing-masing peduli dengan yang lain, saling memperhatikan dalam kehidupan yang tidak lama ini. Karena hal ini berhubungan dengan kehidupan di akhirat kelak. Di antaranya ialah ketika salah satu dari umat Islam meninggal maka yang lain berkewajiban untuk memandikan, mengkafani, menshalati, mengantarkan, mendoakan, dan lain-lain.

Abu Hurairah R.a berkata bahwa Rasulullah S.a.w bersabda: "Barangsiapa yang menyaksikan jenazah sampai dishalatkan maka ia mendapat pahala satu qirat dan barangsiapa yang menyaksikannya sampai di kubur maka mendapat pahala dua qirat". Ditanyakan: "Berapa itu dua qirat?", Rasulullah S.a.w bersabda: "Seperti dua gunung besar.". (HR Bukhari).
Shalat Tahajjud

Di antara ibadah sunnah yang sangat ditekankan dalam Islam adalah shalat Tahajjud. Demikian ditekankannya Tahajjud, sampai-sampai secara khusus disebutkan dalam Al-Quran, dan disebutkan pula keutamaan bagi orang yang melakukannya.

Nabi S.a.w bersabda, “Laku­kanlah oleh kalian shalat malam, karena hal itu merupakan kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian, pendekat­an diri kepada Allah Ta`ala, pencegah dari dosa, penghapus segala kesalahan, dan penolak penyakit dari tubuh.”.

Beliau S.a.w juga bersabda, “Dua raka'at di tengah malam yang dilakukan oleh se­orang anak Adam lebih baik daripada dunia dan seisinya. Dan jika saja tidak memberatkan umatku, niscaya aku mewajibkan dua raka'at shalat malam ter­sebut kepada mereka.”.

Diriwayatkan bahwa Allah membang­gakan orang-orang yang melakukan shalat malam kepada para malaikat. Allah S.w.t berfirman: “Lihatlah hamba-hamba-Ku. Sungguh mereka telah melakukan shalat di kegelapan malam, sehingga tidak ada yang melihat mereka selain Aku. Aku bersaksi kepada kalian bahwasanya Aku mempersilakan mereka me­nempati negeri kemuliaan-Ku.”.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah mengatakan mengenai Abdullah bin Umar:

« نِعْمَ الرَّجُلُ عَبْدُ اللَّهِ ، لَوْ كَانَ يُصَلِّى بِاللَّيْلِ » . قَالَ سَالِمٌ فَكَانَ عَبْدُ اللَّهِ لاَ يَنَامُ مِنَ اللَّيْلِ إِلاَّ قَلِيلاً .
Sebaik-baik orang adalah Abdullah (maksudnya Ibnu ‘Umar) seandainya ia mau melaksanakan shalat malam.”. Salim mengatakan, “Setelah dikatakan seperti ini, Abdullah bin ‘Umar tidak pernah lagi tidur di waktu malam kecuali sedikit.“. (HR Bukhari).

Kemudian setelah shalat, mohon ampunlah untuk kaum muslimin dan muslimat, mukminin mukminat (orang-orang beriman, laki-laki dan perempuan). Nabi S.a.w ber­sabda, “Barang siapa memohonkan ampunan kepada Allah bagi orang-orang beriman laki-laki dan perempuan, nis­caya, dari setiap orang beriman laki-laki dan perempuan, Allah menuliskan bagi­nya satu kebaikan.”.

Sayyidina Rasulullah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَدْعُو لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ إِلَّا قَالَ الْمَلَكُ وَلَكَ بِمِثْلٍ

Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata: 'Dan bagimu juga kebaikan yang sama'.”. (HR Muslim 4912).
Membaca Al-Qur’an.

Abdullah bin Mas'ud R.a berkata bahwa Rasulullah S.a.w bersabda: "Barangsiapa membaca satu huruf dari Kitab Allah maka baginya satu kebaikan, sedangkan kebaikan dilipatgandakan sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan Alif-laam-miim satu huruf, tapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf". (HR Tirmidzi).

Dari Anas R.a, beliau berkata: Sesungguhnya Rasulullah S.a.w bersabda, “Barangsiapa setelah imam salam dari shalat Jum`at sebelum merubah posisi duduknya membaca surat Al-Fatihah, surat Al-Ikhlas, surat Al-Mu`awwidzata in (yakni surat Al-Falaq dan surat An-Naas) masing-masing tujuh kali (7x), maka Allah S.w.t mengampuni dosa yang telah lewat dan yang akan datang serta diberi pahala sebanyak hitungan orang yang beriman kepada Allah S.w.t dan Rasul-Nya.”. (HR. Ibnu Mundzir).

Al Quran merupakan kitab suci sempurna yang mengulas berbagai aspek kehidupan. Sebelum memulai aktifitas keseharian kita, alangkah baiknya membaca Al-Qur’an terlebih dahulu dengan penuh penghayatan. Firman Allah S.w.t: "Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa". (QS Al-Baqarah [2]: 2).

Allah S.w.t berfirman: "Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an) sedang dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (Al-Quran) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman". (QS Al-‘Ankabut [29]: 51).

Tak hanya bernilai ibadah, tetapi bagi pembaca Al-Qur'an keadaan mereka dikatakan oleh Nabi S.a.w: "Rumah yang di dalamnya dibacakan Al-Qur'an akan terlihat penduduk langit sebagaimana penduduk bumi melihat gemerlap bintang-gemintang di langit.". (HR Baihaqi). Sedangkan bagi orang yang malas membaca Al-Qur'an, Rasulullah S.a.w memperingatkan: "Sungguh, orang yang di dalam hatinya tidak terdapat sesuatu pun dari Al-Qur'an, bagaikan rumah yang sepi (menyeramkan)". (HR Turmudzi).

Sayyidina Rasulullah S.a.w bersabda: ”Katakanlah “Qul Huwallahu Ahad (yakni surat Al-Ikhlas) dan Al Mu’awwidzata in (yakni surat Al-Falaq dan An-Naas) pada sore hari dan pagi hari (sebanyak) tiga kali, maka hal itu telah mencukupimu dari segala sesuatu.”. (HR Abu Daud).

Rutinkanlah untuk membaca Al-Qur'an. Membaca ayat-ayat Al-Qur'an yang ringan, seperti surah-surah pendek tentu tidak memberatkan (kecuali bagi orang-orang yang malas), dan perlu kita ingat bahwa sebaik-baik amalan yang paling dicintai oleh Allah S.w.t ialah yang kita tekun melakukannya tanpa terputus (kontinyu), istiqamah. Rasulullah S.a.w bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang lestari (terus-menerus) walaupun itu sedikit.”. (HR Muslim).

Shalat Berjama'ah di Masjid

Islam tidak lepas dari konteks kehidupan berjama'ah, bahkan ada hukum yang secara langsung berkaitan dengan jama'ah, seperti shalat, puasa Ramadhan, ibadah haji, jihad fi sabilillah, dan juga dakwah.

Rasulullah S.a.w bersabda: "Tidaklah tiga orang yang berdiam di suatu kota atau suatu desa yang di antara mereka tidak ditegakkan salat jamaah, melainkan setan telah menguasai mereka. Oleh karena itu, engkau wajib berjamaah. Sebab, sesungguhnya serigala itu hanyalah akan memangsa kambing yang sendirian.". (HR Abu Dawud, Nasai, Ahmad dan Hakim).

Dalam syariat Islam, diberikan penghargaan yang sangat tinggi bagi yang melaksanakan shalat lima waktu secara berjama'ah, yaitu 25 atau 27 kali shalat sendirian di rumahnya. Shalat Isya berjama'ah di masjid diberi ganjaran setengah pahala shalat malam. Shalat Subuh berjama'ah di masjid diganjar seperti pahala shalat tahajjud sepanjang malam.

Rasulullah S.a.w pernah bersabda: "Sesungguhnya Shalat Subuh dan dan Shalat Isya’ secara berjama'ah di masjid sangat sulit dikerjakan oleh orang-orang yang munafik". Maukah gelar ini melekat pada diri kita? ..Tentu tidak, maka marilah kita bangun di waktu fajar untuk melaksanakan perintah Allah S.w.t.

Sebelum melangkah ke mana pun, langkahkan kaki ke masjid, karena masjid merupakan pusat keberkahan, bukan karena panggilan muadzin, tetapi panggilan Allah S.w.t yang menyeru kepada orang beriman untuk memakmurkan masjid-Nya. Beberapa hadits yang menerangkan keutamaan berjalan ke masjid, di antaranya sabda Rasulullah S.a.w: "Barangsiapa yang pergi ke masjid atau pulang, maka Allah telah menyiapkan dalam surga, setiap pergi atau pulang.". (HR Bukhari dan Muslim).
Nabi S.a.w bersabda: "Siapa saja yang melangkahkan kaki menuju masjid untuk shalat berjama'ah, pada setiap langkahnya itu satu dosa dihapuskan dan satu derajatnya ditinggikan" (HR Al-Khamsah dari Abu Hurairah R.a).

Allah S.w.t akan mengubah apa yang terjadi di muka bumi ini dari kegelapan menjadi keadilan, dari kerusakan menuju kebaikan. Semua itu terjadi pada waktu yang mulia, ialah waktu Subuh. Berhati-hatilah, jangan sampai tertidur pada saat yang mulia ini. Allah S.w.t akan memberikan jaminan kepada orang yang menjaga shalat Subuhnya, yaitu terbebas dari siksa neraka jahanam.

Diriwayatkan dari Ammarah bin Ruwainah R.a, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah S.a.w bersabda: "Tidak akan masuk neraka, orang yang shalat sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam matahari". (HR Muslim).

Shalat Subuh merupakan hadiah dari Allah S.w.t. Hadiah ini tidak diberikan, kecuali kepada orang-orang yang taat lagi bertaubat. Hati yang gemar kemaksiatan, bagaimana mungkin akan bangun untuk shalat Shubuh. Orang munafik tidak mengetahui kebaikan yang terkandung dalam shalat Subuh berjama'ah di masjid. Sekiranya mereka mengetahui kebaikan yang ada di dalamnya, niscaya mereka akan pergi ke masjid, bagaimanapun kondisinya, seperti sabda Rasulullah S.a.w, "Maka mereka akan mendatanginya, sekalipun dengan merangkak".

Betapa beruntungnya orang membiasakan dalam melaksanakan kewajiban shalat dengan berjama'ah dan betapa ruginya orang yang melalaikannya. Masjid dan shalat berjama'ah merupakan media bagi persatuan dan kesatuan umat Islam, yang dapat mewujudkan persaudaraan lahir bathin di antara sesama muslim.

Sedikit tambahan kesunnahan ialah memakai wangi-wangian (minyak wangi), sebagaimana hadist berikut: "Apabila salah seorang di antara kalian menyaksikan waktu Isya' ~(dalam sebuah riwayat lain disebutkan 'masjid' (di masjid)~ maka hendaklah dia memakai wangi-wangian pada malam itu". (Hadits Riwayat Muslim).

Shalat Dhuha

Shalat Dhuha hukumnya sunnah mu'akkadah (sangat dianjurkan), waktunya dari meningginya matahari setinggi pedang, sampai sebelum bergesernya matahari dari istiwa'. Dilakukan paling sedikit dua raka'at.

Abu Darda' R.a berkata, "Aku diberi wasiat oleh Kekasihku S.a.w tiga hal yang tidak akan aku tinggalkan selama aku hidup: Puasa tiga hari setiap bulan, Shalat dhuha, dan tidak tidur sebelum aku shalat witir.". (HR Muslim).

Ada banyak keutamaan dibalik shalat Dhuha, pelakunya diampuni dosanya, rezekinya diluaskan sepanjang hari dan dimasukkan ke dalam surga melalui sebuah pintu khusus, pintu Dhuha. Allah mencukupi rezekinya. “Wahai anak Adam, janganlah engkau merasa lemah dari empat raka'at dalam mengawali harimu, niscaya Aku (Allah) akan mencukupimu di akhir harimu.”. (HR. Abu Darda`). Bahkan, siapa saja yang mengerjakan shalat Dhuha secara istiqamah, pahalanya dapat menyamai pahala ibadah haji.

Dengan menunaikan shalat Dhuha, kita sedang memberikan makna yang luhur atas pekerjaan dan tugas sehari-hari yang akan kita selesaikan. Kita bekerja juga merupakan sebuah tugas mulia dan semestinya dimulai dengan mengingat Allah S.w.t, agar keberkahan dan semangat melewati proses kerja dilimpahkan oleh-Nya. Sebab, dengan shalat Dhuha, kita memohon kepada-Nya untuk menjadi Pelindung. Siapa yang menunaikan shalat Dhuha akan tergolong sebagai orang yang bertaubat kepada Allah S.w.t. “Tidaklah seseorang selalu mengerjakan shalat Dhuha kecuali ia telah tergolong sebagai orang yang bertaubat.”. (HR Hakim).

Dari Abu Dzarr R.a, ia berkata: Rasulullah S.a.w bersabda: “Setiap pagi, pada ruas tulang kalian terdapat sedekah, setiap ucapan tasbih (Subhanallah) adalah sedekah, setiap ucapan tahmid (Alhamdulillah) adalah sedekah, setiap ucapan tahlil (Laa Ilaha illallah) adalah sedekah, setiap ucapan takbir (Allahu Akbar) adalah sedekah, memerintah kebaikan adalah sedekah, mencegah perkara mungkar adalah sedekah, dan dua raka’at yang dikerjakan seseorang dalam shalat Dhuha telah mencakup semuanya.”. (HR.Muslim).

Sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah R.a, beliau berkata: ”Kekasihku Nabi Muhammad S.a.w mewasiatkan tiga hal: Shalat Witir sebelum tidur, Puasa tiga hari di setiap bulan, dan Shalat Dhuha.”. (Imam al-Baihaqi dalam kitabnya Fadhail Awqat).

Ketiga ibadah ini merupakan wasiat langsung dari Nabi Shalallahu Alaihi wa Aalihi wa Shahbihi wa Salam.

Sedekah (setiap hari)

Sedekah termasuk amalan yang bersifat al-muta’ddiyah (sosial), artinya manfaatnya tidak hanya dirasakan oleh orang yang mengerjakannya, namun juga dirasakan oleh banyak orang lain. Allah S.w.t menyukai orang yang suka bersedekah, dan malaikat-Nya selalu mendoakan kepada orang yang bersedekah setiap hari.

Sedekah memiliki banyak keutamaan, (terutama yang dilakukan pada bulan Ramadhan). Di antara keutamaan sedekah adalah menyucikan diri dari dosa-dosa kecil, menunjukkan rasa syukur, menghilangkan sifat kikir pada diri seseorang, 'membersihkan' harta yang dimiliki, dan membantu meringankan beban kaum dhuafa. Sedekah juga takkan mengurangkan harta sedikitpun, karena Allah pasti akan menggantinya dengan berlipat ganda. Rasulullah S.a.w bersabda:

مَا نَقَصَ مَالُ مِنْ صَدَقَةٍ

Artinya: "Harta tidak berkurang karena bersedekah.". (HR Muslim).

Allah S.w.t berfirman: "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui". (QS Al-Baqarah [2]: 261).

Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari tentang salah seorang wanita bertanya kepada Rasul S.a.w, “Wahai Rasulullah, aku punya harta yang lebih, boleh tidak aku sedekahkan pada suamiku dan anakku? boleh tidak sedekah kepada kerabat sendiri?”, maka Rasul S.a.w menjawab: “Untukmu dua pahala, yang pertama kau dapat pahala shadaqah dan yang kedua kau dapat pahala menyambung silaturahmi dengan kerabatmu".

Sering dipertanyakan, mana yang lebih didahulukan, umum atau keluarga sendiri?. Justru keluarga sendiri dulu, baru orang lain. Bahkan kepada keluarga sendiri, kata Rasul S.a.w, ada dua pahala, yaitu pahala sedekah dan pahala menyambung kekerabatan. Demikian indahnya tuntunan Nabiyyuna Muhammad S.a.w.

Untuk sedekah dalam bentuk materi tentunya kita semua telah banyak memahaminya, namun perlu juga kita sadari bahwa sedekah tidaklah semata-mata dalam bentuk materi (harta atau benda), sebagaimana hadist berikut, Dari Abu Dzarr Jundub bin Junadah R.a, ia bertanya kepada Rasulullah S.a.w: “Amal apakah yang paling utama?”, Beliau S.a.w menjawab: “Iman kepada Allah dan berjuang di jalan-Nya.” Saya bertanya: “Memerdekakan budak yang bagaimana yang paling utama?” Beliau S.a.w menjawab: “Memerdekakan budak ketika sangat disayang oleh tuannya dan yang paling mahal harganya.” Saya bertanya: “Seandainya saya tidak mampu berbuat yang sedemikian, lalu bagaimana?” Beliau S.a.w menjawab: “Kamu membantu orang yang bekerja atau kamu menyibukkan diri agar hidupmu tidak sia-sia.” Saya bertanya lagi: “Wahai Rasulullah, bagaimana jika saya tidak mampu melakukan sebagian pekerjaan itu?” Beliau S.a.w menjawab: “Janganlah kamu berbuat kejahatan kepada sesama manusia, karena sesungguhnya yang demikian itu termasuk sedekah untuk dirimu.”. (HR.Bukhari dan Muslim).

Sedekah tidak selalu berati pemberian materi, namun juga bisa bermakna pemberian yang bersifat non-materi, semisal, membantu orang lain, menyingkirkan duri di jalan, berbicara dengan bahasa yang santun dan sopan, dan lain-lain. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Hurairah R.a, bahwa Rasulullah S.a.w bersabda, “Setiap anggota badan manusia diwajibkan bersedekah setiap harinya selama matahari masih terbit; kamu mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah; kamu menolong seseorang naik ke atas kendaraannya atau mengangkat barang bawaannya ke atas kendaraannya adalah sedekah; setiap langkah kakimu menuju tempat shalat juga dihitung sedekah, dan menyingkirkan duri dari jalan adalah sedekah.”. (HR Bukhari dan Muslim).

Apabila kita kurang mampu untuk melakukan sedekah materi, minimal kita menyibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat semisal membantu orang lain yang bekerja, dan senantiasa pula kita menahan diri untuk tidak menganggu orang lain, karena secara tidak langsung, yang demikian adalah memberi (sedekah) kenyamanan dan menjaga kesalamatan orang banyak. Sabda Nabi S.a.w: "Yang disebut dengan muslim sejati adalah orang yang selamat orang muslim lainnya dari lisan dan tangannya". (HR Bukhari 10 dan Muslim 40).

Berbeda dengan zakat yang biasa dilakukan secara terbuka agar menjadi nasehat (yakni dilihat dan ditiru) bagi orang lain, sedekah lebih utama jika dikeluarkan secara diam-diam, dan juga pada prakteknya, menolak dengan kata-kata yang halus lebih baik daripada memberi tapi dibarengi bentakan atau menghardik yang dapat menyakiti hati penerima.

Jauhilah sifat kikir dan hiasilah diri anda dengan akhlak dan watak penderma yang gemar memberi dan menolong. Firman Allah S.w.t: "Dan siapa yang dihindarkan dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.". (QS Al Hasyr [59]: 9). Rasulullah S.a.w bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya.”. (HR Ath-Thabarani).

Jaga Wudhu (terus-menerus).

Abdullah bin Umar R.a berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

عن ابن عمر رضي الله عنهما أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال: طهروا هذه الأجساد طهركم الله فإنه ليس عبد يبيت طاهرا إلا بات معه ملك في شعاره لا ينقلب ساعة من الليل إلا قال : اللهم اغفر لعبدك فإنه بات طاهرا.
“Bersihkanlah jasad-jasad ini semoga Allah membersihkan kalian, karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba bermalam suatu malam dalam keadaan suci melainkan seorang malaikat akan bermalam bersamanya di dalam selimutnya, tidaklah dia bergerak pada suatu waktu dari malam melainkan malaikat itu berdoa: “Wahai Allah, ampunilah untuk hamba-Mu, sesungguhnya dia tidur malam dalam keadaan suci.”. (HR Ath Thabrani).

Allah S.w.t menyayangi hamba-Nya yang berwudhu. Sayyidina Ali bin Abu Thalib K.w berkata: “Orang yang selalu berwudhu senantiasa ia akan merasa selalu shalat walau ia sedang tidak shalat, dan dijaga oleh malaikat dengan dua doa, "Ampuni dosa dan sayangi dia Ya Allah”.

Biasakanlah bersuci dan berdoa sebelum tidur, mudah-mudahan mendapat keberkahan. Diriwayatkan dari Nabi S.a.w bahwa­sanya Beliau bersabda, ”Barang siapa hendak tidur dan ingin terbangun di waktu tertentu, hendaknya ia tidur dalam kondisi berwudhu, dan ketika hendak tidur membaca ayat (Al-Kahfi ayat 110), lalu mengusap dadanya dengan tangan kirinya dan mengucapkan Allahumma nabihni fi waqti kadza atau fi sa`ati kadza (Ya Allah, bangunkan aku di waktu ini.. atau pada jam sekian..), maka ia akan terba­ngun di waktu tersebut dengan pasti.”.

Rasulullah S.a.w bersabda: “Barangsiapa tidur dimalam hari dalam keadaan suci (berwudhu) maka malaikat akan tetap mengikuti, lalu ketika ia bangun niscaya malaikat itu akan berucap ‘Ya Allah ampunilah hamba-Mu si fulan, karena ia tidur di malam hari dalam keadaan selalu suci’.”. (HR Ibnu Hibban dari Ibnu Umar R.a).

Selain berdampak kepada kebersihan lahir (tubuh), wudhu juga berdampak pada kesehatan bathiniah seseorang, dimana dengan berwudhu dapat menjadi sebab hadirnya ketentraman hati dan ketenangan jiwa. Basuhan dan siraman air wudhu akan meredam emosi seseorang yang sedang panas terbakar amarah. Rasulullah S.a.w bersabda, “Sesungguhnya kemarahan itu berasal dari syaitan, dan syaitan tercipta dari api. Dan sesungguhnya api itu dapat dipadamkan dengan air. Jika salah seorang di antara kalian marah, maka berwudhulah.”. (HR. Ahmad dan Abu Daud).

Wudhu adalah amalan yang tergolong ringan, dimana wudhu juga sebagai pembersih bagi orang yang sering melakukannya. Setelah dengan kemudahan yang demikian itu, Allah juga memberi pahala yang sangat besar dan pelakunya dipersilahkan untuk memasuki surga dari pintu mana saja yang dikehendakinya, sungguh ini merupakan pemberian yang sangat besar. Bagaimana dengan yang lalai dan lengah dalam hal ini?, betapa mereka menyia-nyiakan keagungan ini. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Uqbah bin Amir R.a, bahwa Rasulullah S.a.w bersabda: "Tidaklah seorang muslim berwudhu, lalu menyempurnakan wudhunya, kemudian shalat menghadap kiblat dua raka'at, kecuali wajib baginya surga.". (HR Muslim).

Dari Al-Barra’ bin Azib Radhiallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوءَكَ لِلصَّلَاةِ ، ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الْأَيْمَنِ ، ثُمَّ قُلْ : اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ وَجْهِي إِلَيْكَ ، وَفَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ ، وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ ، رَغْبَةً وَرَهْبَةً إِلَيْكَ ، لَا مَلْجَأَ وَلَا مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ ، اللَّهُمَّ آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ ، وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ ؛ فَإِنْ مُتَّ مِنْ لَيْلَتِكَ فَأَنْتَ عَلَى الْفِطْرَةِ ، وَاجْعَلْهُنَّ آخِرَ مَا تَتَكَلَّمُ بِهِ

“Apabila engkau hendak tidur, berwudhulah sebagaimana wudhu ketika hendak shalat. Kemudian berbaringlah miring ke kanan, dan bacalah:

اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ وَجْهِي إِلَيْكَ ، وَفَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ ، وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ ، رَغْبَةً وَرَهْبَةً إِلَيْكَ ، لَا مَلْجَأَ وَلَا مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ ، اللَّهُمَّ آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ ، وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ

'Ya Allah, aku tundukkan wajahku kepada-Mu, aku pasrahkan urusanku kepada-Mu, aku sandarkan punggungku kepada-Mu, karena rasa takut dan penuh harap kepada-Mu. Tidak ada tempat berlindung dan menyelamatkan diri dari hukuman-Mu kecuali kepada-Mu. Ya Allah, aku beriman kepada kitab-Mu yang telah Engkau turunkan, dan kepada nabi-Mu yang telah Engkau utus'.

Jika kau wafat di malam itu, kamu mati dalam keadaan fitrah. Jadikanlah doa itu, sebagai kalimat terakhir yang engkau ucapkan sebelum tidur.”. (HR. Bukhari 247 dan Muslim 2710).
Istighfar (setiap saat)

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, ”Bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah Ta’ala. Sesungguhnya aku bertaubat kepada-Nya setiap hari sebanyak seratus kali”. (Riwayat Al Bukhari dalam Adab Al Mufrad dan dihasankan oleh Al Hafidz As Suyuthiy). Al Hafidz Al Ala’iy menjelaskan bahwa maksud taubat pada hadits tersebut adalah taubat istighfar, yang mana Rasulullah S.a.w banyak melakukannya.

Istighfar bukanlah sekedar ucapan dzikir belaka, tetapi di dalamnya terkandung nilai ibadah yang begitu besar, sebagaimana sabda Rasulullah S.a.w: "Tidaklah tergolong orang berdosa, orang yang selalu beristighfar meskipun dia mengulangi perbuatan dosanya sebanyak 70 kali dalam sehari.". (HR Tirmidzi).

Tsauban R.a berkata, "Rasulullah S.a.w jika selesai shalat mengucap 'Astaghfirullah' tiga kali, kemudian mengucap 'Allahumma Antassalam wa Minkassalam Tabarakta ya Dzaljalali wal ikram' (Ya Allah, Engkaulah Salam dan dari-Mu semua keselamatan, Maha Mulia Engkau Tuhan yang Maha Besar dan Maha Terhormat).". (HR Muslim).

Dengan istighfar, masalah yang terjadi karena dosa kita, akan dijauhkan oleh Allah S.w.t.
Bershalawat Kepada Nabi S.A.W

Suatu ketika sahabat Ubay bin Ka’ab R.a bertanya kepada Rasulullah S.a.w, “Wahai Rasulullah, berapa banyak saya harus mengucapkan shalawat untukmu?” Rasulullah menjawab, “Sesukamu.”. Pada akhirnya Ubay berkata: "Wahai Rasulullah, saya akan menjadikan seluruh waktuku untuk bershalawat kepadamu", maka Rasulullah S.a.w bersabda: "Karena itu, seluruh dosa-dosamu akan diampuni dan semua kesedihanmu akan dihilangkan (yakni tercukupi semua kebutuhan, dan diberi jalan keluar atas segala masalah). (HR Tirmidzi 2457. Hasan Shahih).

Jadi, makin banyak kita bershalawat kepada Nabi, maka akan semakin bagus. Ini adalah jaminan dari Rasulullah S.a.w. Dan terlebih utama lagi bila memperbanyak bershalawat di hari Jum’at. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

أَكْثِرُوا عَلَىَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ فَإِنَّ صَلاَةَ أُمَّتِى تُعْرَضُ عَلَىَّ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ ، فَمَنْ كَانَ أَكْثَرَهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً كَانَ أَقْرَبَهُمْ مِنِّى مَنْزِلَةً

Perbanyaklah shalawat kepadaku pada setiap Jum’at. Karena shalawat umatku akan diperlihatkan padaku pada setiap Jum’at. Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling dekat denganku pada hari kiamat nanti.”. (HR Baihaqi).

Siti Aisyah R.a pernah bertanya kepada Rasulullah S.a.w, “Siapakah yang tidak akan melihatmu pada hari kiamat?” Jawab Rasulullah S.a.w: “Orang yang bakhil (kikir). Siti Aisyah bertanya lagi: “Siapakah orang yang bakhil itu?” Jawab Baginda S.a.w: “Orang yang ketika disebut namaku di depannya, dia tidak mengucap shalawat ke atasku.”.

Shalawat kepada Nabi Muhammad S.a.w menjanjikan pahala yang sangat besar. Rasulullah S.a.w bersabda, "Barang siapa bershalawat kepadaku satu kali, Allah akan bershalawat (melimpahkan rahmat) kepadanya sepuluh kali". (HR. Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud, Nasa'i dan Ahmad).

Satu shalawat-Nya Allah untuk hamba sudah pasti jauh lebih baik dari pada dunia beserta isinya..!!. Siapa yang bershalawat kepada Nabi sewaktu duduk, ia akan diampuni sebelum berdiri dan siapa yang bershalawat kepada Beliau S.a.w sewaktu hendak tidur, ia akan diampuni sebelum bangun. Shalawat merupakan guru bagi mereka yang tak memiliki guru, karenanya shalawat tidak butuh guru maupun khusyu dalam membacanya, tetapi akan lebih sempurna jika diucapkan dengan hati yang khusyu.

"Bahkan Riya' (mengharapkan pujian manusia) pun tidak dapat menghapuskan pahala shalawat"

Dikutip dari :  http://nurulmakrifat.blogspot.co.id/

Kamis, 22 September 2016

Meneladani Perjuangan Nabi Muhammad SAW dan Para Sahabat di Madinah

0 komentar
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ


  Sebelum bernama Madinah, wilayah Madinah bernama Yatsrib. Hanya saja setelah Islam datang, ilmu pengetahuan dimuliakan sehingga ilmu berkembang dengan pesat. Ilmu pengetahuan itulah yang akan membuat Yatsrib menjadi sebuah kota yang dipenuhi dengan kemajuan peradaban. Kemajuan ekonomi dan budaya menjadi ciri khas dari Yatsrib. Perekonomian maju pesat karena diatur dengan sistem Islam. Selain itu, budaya yang berkembang juga sangat pesat. Budaya diatur dengan sistem social budaya Islam. Wanita yang biasanya membuka aurat, setelah Islam datang ditutup auratnya dengan kerudung dan jilbab. pergaulan antara pria dan wanita yang tanpa batas, sekarang dibatasi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Singkatnya, Madinah adalah bentuk lain kota Yatsrib yang lebih maju setelah Islam ditegakkan di sana.


Reaksi masyarakat Mekkah terhadap kedatangan Islam sungguh tidak baik. Dengan berbagai cara mereka menghentikan dakwah Rasulullah SAW, bahkan mencoba membunuh Rasulullah SAW. Semangat dan usaha Nabi Muhammad SAW untuk menyebarkan agama Islam tidak pernah pupus. Melihat peluang dakwah yang begitu sempit di Kota Mekkah, beliau berpikir untuk hijrah ke Yatsrib atau Madinah. Setelah Nabi Muhammad SAW behijrah ke Madinah yang pertama dipikirkan oleh beliau adalah bagaimana membangun masyarakat Islam. Nabi Muhammad SAW segera membangun Masjid, kemudian menyusun barisan kaum Muslimin serta mempererat persatuan mereka. Untuk memudahkan maksud tersebut, Nabi mempersaudarakan kaum Muslimin dengan  umat Islam yang lainnya. Dengan persaudaraan ini kaum muslimin bertambah kuat dan merasa senasib dan seperjuangan.
Nabi Muhammad SAW juga membangun masyarakat Islam di Madinah melalui kegiatan ekonomi dan perdagangan. Hal ini dikarenakan setelah meninggalkan kota Mekkah, kaum muhajirin meninggalkan kota Mekkah, kaum muhajirin sama sekali tidak memiliki harta kekayaan. Semua harta kekayaan mereka ditinggalkan di kota Mekkah. Nabi Muhammad SAW bertekad memajukan sektor ekonomi dan perdagangan dan hal ini didukung oleh semua masyarakat Islam. Orang-orang Mekkah sebenarnya memang pandai dalam bidang perdagangan, sampai orang mengatakan bahwa dengan perdagangannya, penduduk Mekkah dapat mengubah pasir sahara menjadi emas. Selain berdagang, kegiatan ekonomi lainnya adalah bertani. Hal ini didukung oleh tanah Madinah yang subur dengan kebun-kebun anggur dan kurmanya yang terkenal. Nabi Muhammad SAW berhasil menyatukan penduduk Yatsrib dan membangun masyarakatnya melalui sektor ekonomi dan perdagangan, untuk menuju masyarakat yang adil dan sejahtera.
Hijrahnya Rasulullah SAW memberikan hikmah yang besar terhadap perkembangan dakwah Islamiah, di antaranya :
  1.    . Kemenangan dakwah Rasulullah SAW dan kaum muslimin terhadap kaum Quraisy. 
  2.   . Terbentuknya agama Islam yang beribu kota di Madinah dengan Nabi Muhammad SAW sebagai  kepala Negara dan kepala pemerintahannya. 
  3.    . Terbesarnya agama Islam ke pelosok penjuru dunia.
Nab Muhammad SAW tiba di kota Madinah pada hari Jumat tanggal 12 Rabiul Awwal tahun pertama hijrah, yakni bertetapan dengan tanggal 24 September 622 M. kedatangan beliau sangat dinanti-nantikan oleh masyarakat Madinah. Adapun hal-hal yang dapat kita teladani dari perjuangan Nabi Muhammad SAW dan para sahabat di Madinah adalah :

  Bersikap baik kepada semua masyarakat Madinah

Ketika perjalanan menuju kota Madinah, Nabi Muhammad SAW selalu diminta masyarakat untuk singgah di rumah mereka. Nabi Muhammad SAW berkata, “Saya akan menginap di mana untaku akan berhenti. Biarkanlah ia berjalan sekehendak hatinya”. Akhirnya unta itu berhenti di sebuah tempat jemuran kurma milik dua orang anak yatim dari Bani Najjar. Di tempat itulah Nabi Muhammad SAW membangun Masjid serta tempat tinggalnya di situ. Beliau selalu bersikap amah dan baik kepada setiap masyarakat yang ada di kota Madinah.

  Mendirikan Masjid di Kota Madinah

Masjid yang pertama didirikan oleh Nabi Muhammad SAW dikenal dengan sebutan Masjid Nabawi. Tanah pembangunan Masjid ini  berasal dari kedua anak yatim bernama Sahal dan Suhail. Nabi membeli tanah tersebut dengan harga yang pantas untuk mereka. Pembangunan masjid tersebut dikerjakan secara gotong royong oleh seluruh masyarakat Madinah, baik kaum Anshar dan kaum Muhajirin, begitu juga Nabi Muhammad SAW ikut terjun langsung membantu pembangunan masjid tersebut.

   Mempersaudarakan kaum Anshar dan kaum Muhajirin

Setelah Nabi Muhammad SAW diterima penduduk Madinah dan menjadi pemimpin penduduk kota tersebut, beliau segera meletakkan dasar-dasar yang kokoh bagi pembentukan suatu masyarakat baru. Dasar pertama yang beliau letakkan adalah ukhuwah Islamiyah (persaudaraan dalam Islam), yaitu antara kaum Anshar dan kaum Muhajirin. Kaum Muslimin yang berhijrah dari Mekkah ke Madinah disebut “Muhajirin” dan kaum Muslimin penduduk Madinah disebut “Anshar”. Benda dan kekayaan mereka ditinggalkan di Mekkah, di waktu mereka berhijrah ke Madinah demi agama dan keyakinan yang mereka anut.
Nabi Muhammad SAW mempersaudarakan antara kedua golongan kaum muslimin ini. Ali Ibnu Abi Thalib dipilih menjadi saudara beliau sendiri. Abu Bakar beliau persaudarakan dengan Kharijah Ibnu Zuhair. Ja’far Ibnu Abi Thalib dengan Mu’az Ibnu Jabal. Demikianlah Rasulullah SAW telah mempertalikan keluarga-keluarga Islam yang terdiri dari Muhajirin dan Anshar. Masing-masing keluarga mempunyai pertalian yang erat dengan keluarga-keluarga yang banyak, karena ikatan persaudaraan yang diadakan Rasulullah SAW. Dengan persaudaraan tersebut telah menciptakan suatu persatuan yang berdasarkan agama dan mempertalikan jiwa mereka. 
Membuat suatu perjanjian tertulis
Nabi Muhammad SAW membuat suatu perjanjian tertulis antara kaum Muhajirin dan Anshar dengan orang-orang Yahudi yang terkenal dengan nama Piagam Madinah. Isi dari Piagam Madinah tersebut adalah:
  •    Kelompok masing-masing berhak menghukum orang yang membuat kerusakan dan memberikan keamanan bagi orang yang patuh. 
  •       Kebebasan beragama terjamin untuk semua kelompok 
  •    Menjadi suatu kewajiban bagi penduduk Madinah Muslim dan Yahudi untuk saling membantu dan menolong. 
  •     Saling mengadakan kerja sama dengan mempertahankan Negeri Madinah dari segala serangan. 
  •     Rasulullah SAW menjadi pemimpin tertinggi di Negeri Madinah, segala perkara dan perselisihan besar diserahkan kepada beliau untuk memutuskannya.
Rasulullah SAW menemui beberapa kesulitan pada masa awal pembentukan pemerintah Islam di Madinah. Kesulitan yang terbesar adalah adanya serangan-serangan dari orang-orang kafir Quraisy secara tidak manusiawi. Melihat kondisi tersebut beliau menyusun kekuatan untuk mempertahankan dii. Langkah tersebut diambil Rasulullah SAW berdasarkan wahyu yang diterimanya yaitu Al Quran surat Al Baqarah ayat 190 : “Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”.
Dalam sejarah, Nabi Muhammad SAW prnah mengikuti peperangan sebanyak dua puluh tujuh (27) kali. Perang yang diikuti Nabi disebut Perang Gazwah dan Perang yang tidak diikuti Nabi disebut Perang Syariyyat. Adapun perang terpenting yang pernah diikuti Nabi ialah Perang Badar, Uhud, Khandaq, Hudaibiyah, dan Fathul Makkah.
 Sekian, Terimakasih .
Sorce :  http://sajadahmuslimku.blogspot.co.id

Rabu, 21 September 2016

Kisah Kehidupan Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم dan Para Sahabat رضي الله عنهم

0 komentar
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ




  • Abu Hurairah r.a meriwayatkan bahawa Rasulullah s.a.w telah bersabda: "Tidaklah kalian masuk surga hingga kalian beriman. Dan tidaklah kalian beriman hingga saling menyayangi antara satu sama lain. Mahukah kalian aku tunjukkan suatu amalan yang jika kalian kerjakan niscaya kalian akan saling menyayangi antara satu sama lain? Sebarkanlah salam sebanyak-banyaknya diantara kalian" - (Muslim)

Sifat-Sifat Nabi Muhammad SAW



 

Laily Alfisah Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template